- Back to Home »
- Biografi Basuki Abdullah
Posted by : Unknown
Selasa, 02 Desember 2014
Biografi Basuki Abdullah
Basuki Abdullah lahir di
Surakarta, 25 Januari 1915. Basuki Abdullah adalah salah satu pelukis terkenal
Indonesia. Pelukis beraliran realis dan naturalis ini pernah diangkat menjadi
pelukis resmi Istana Merdeka pada 1974. Lukisan-lukisan karyanya menghiasi
istana negara, selain menjadi koleksi dari berbagai penjuru dunia.
Bakat melukis Basuki Abdullah
terwarisi dari ayahnya, Abdullah Suryosubro, yang juga seorang pelukis dan
penari. Sedangkan kakeknya adalah seorang tokoh Pergerakan Kebangkitan Nasional
Indonesia pada awal 1900-an, yaitu Doktor Wahidin Sudirohusodo.
Basuki Abdullah bersekolah di
HIS Katolik dan Mulo Katolik di Solo, kemudian mendapatkan beasiswa pada 1933
untuk belajar di Akademi Seni Rupa (Academie Voor Beeldende Kunsten) di Den
Haag, Belanda, dan menyelesaikan studinya dalam waktu tiga tahun dengan meraih
penghargaan Sertifikat Royal International of Art (RIA).
Pada 6 September 1948,
sewaktu penobatan Ratu Yuliana di Belanda, Basuki Abdullah berhasil mengalahkan
87 pelukis dunia lainnya dalam sebuah sayembara yang diadakan di Amsterdam,
Belanda. Sedangkan lukisannya, “Balinese Beauty” terjual di balai lelang
Christie’s di Singapura, pada tahun 1996.
Selama karirnya dalam
melukis, Basuki terkenal sebagai pelukis potret, meski ia juga melukis
pemandangan alam, flora, fauna, tema-tema perjuangan, pembangunan, dan lainnya.
Dia sering mengadakan pameran tunggal, di dalam maupun di luar negeri, seperti
di Thailand, Malaysia, Jepang, Belanda, Inggris, dan negara-negara lain. Lebih
kurang 22 negara yang memiliki karya lukisan beliau. Hampir sebagian hidupnya
dihabiskan di luar negeri.
Selain menjadi pelukis, dia
juga pandai menari dan sering tampil dengan tarian wayang orang sebagai Rahwana
atau Hanoman. Pria yang menikah empat kali ini tidak hanya menguasai soal
kewayangan, budaya Jawa di mana dia berasal. Tetapi juga menggemari
komposisi-kompasisi Franz Schubert, Beethoven dan Paganini, dengan demikian
wawasannya sebagai seniman luas dan tidak Jawasentris.